SERANG | Baralaknusantara.com — Dalam setiap masa, selalu ada pemimpin yang tak hanya meninggalkan bangunan fisik, tetapi juga warisan moral dan keteladanan hidup. Bagi masyarakat Kabupaten Serang, sosok itu bernama Ratu Tatu Chasanah — pemimpin yang menuntun dengan kebijaksanaan, bukan sekadar kekuasaan.
Hal itu disampaikan oleh Abah KH. Elang Mangkubumi, yang menyaksikan langsung perjalanan kepemimpinan Ratu Tatu dengan “mata hati.” Menurutnya, di tengah derasnya arus kepentingan politik dan perubahan zaman, Ratu Tatu tetap berdiri tegak — lembut dalam tutur, tegas dalam sikap, dan konsisten dalam pengabdian.
Baca Juga: Abah Elang Mangkubumi Tegas: Tanah dan Laut Serang Bukan untuk Dijual!
“Ratu Tatu bukan sekadar pemimpin perempuan; beliau adalah simbol martabat dan kekuatan hati,” tutur Abah Elang. Ia menegaskan, Ratu Tatu bekerja bukan untuk dikenang, tetapi karena cinta yang tulus kepada tanah dan rakyatnya.
Di bawah kepemimpinannya, Kabupaten Serang berkembang bukan hanya dari sisi infrastruktur, tetapi juga dalam kemandirian, martabat, dan kesejahteraan sosial. Kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat kecil inilah yang mengantarkan Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Satyalancana Wira Karya kepada Ratu Tatu — penghargaan tinggi bagi sosok yang memberi perubahan nyata bagi masyarakat.
Baca Juga: Lebak Hegar” Jadi Solusi Nyata, Bukan Sekadar Slogan — Abah Elang & Aktivis Baralak Bahas Jalan Baru Kelola Sampah
Melalui kebijakan yang berpihak pada petani, Ratu Tatu menghidupkan kembali semangat kemandirian pangan dan ekonomi desa. Tidak berhenti di sana, keberhasilannya membina Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) membuat Kabupaten Serang dinobatkan sebagai Top Pembina BUMD Nasional selama tujuh tahun berturut-turut. Sebuah pencapaian langka yang membuktikan bahwa kepemimpinan sejati bukan diukur dari panjangnya pidato, melainkan dari nyatanya hasil kerja.
Kelembutan dan keberanian Ratu Tatu juga tercermin ketika ia dinobatkan sebagai Kepala Daerah Perempuan Inspiratif 2022, serta menerima Anugerah PWI 2024 Bidang Kebudayaan atas perannya melestarikan Jurus Silat Kaserangan — warisan luhur Banten yang menjadi simbol harga diri dan identitas masyarakatnya.
Kini, di penghujung masa jabatannya, jejak kepemimpinan Ratu Tatu justru semakin hidup. Dari setiap jalan yang diperbaiki, sawah yang kembali hijau, perempuan yang bangkit, hingga generasi muda yang berani bermimpi — di sanalah nama Ratu Tatu Chasanah terpatri.
Baca Juga: Kepemimpinan yang Menyalakan Harapan: Tujuh Bulan Hasbi Jayabaya Membangun Lebak dengan Nurani
Kepemimpinannya bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi cermin bagi masa depan.
- Ketegasannya menumbuhkan wibawa.
- Ketulusannya menumbuhkan kepercayaan.
- Dan dari tangannya, rakyat belajar bahwa kekuasaan bisa menjadi pengabdian yang suci.
Bagi masyarakat Serang, Ratu Tatu Chasanah tak pernah benar-benar pergi.
Beliau hanya berpindah tempat — dari kursi pemerintahan menuju ruang hati rakyat yang akan selalu merindukan keteduhan kepemimpinannya.