Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
BeritaDaerah

Festival Seni Multatuli 2025 Hadirkan Kolaborasi Seniman Lokal dan Nasional

48
×

Festival Seni Multatuli 2025 Hadirkan Kolaborasi Seniman Lokal dan Nasional

Sebarkan artikel ini
Tokoh budaya dan seniman memainkan angklung pada pembukaan Festival Seni Multatuli 2025 di Alun-alun Rangkasbitung.
Kolaborasi seniman dan tokoh masyarakat di panggung FSM 2025 menegaskan semangat kebudayaan dan persatuan di Kabupaten Lebak, Banten (Foto/Istimewa)

Lebak, Baralaknusantara.com – Komitmen Anggota DPR RI Komisi X dari Dapil Banten I, Bonnie Triyana, untuk memajukan kebudayaan di tanah kelahirannya kembali ditegaskan melalui Festival Seni Multatuli (FSM) 2025. Acara yang berlangsung di Alun-alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten pada 19–21 September 2025 ini menjadi ruang penting bagi kolaborasi lintas generasi.

Dengan mengusung tema “Orang-Orang Baru dari Banten”, FSM 2025 tidak sekadar menampilkan pertunjukan seni, melainkan juga menghadirkan wadah refleksi sejarah dan gagasan baru bagi anak muda.

Dalam sambutannya, Bonnie mengingatkan tentang lahirnya Museum Multatuli pada tahun 2018. Menurutnya, museum ini menjadi ruang kreatif yang menarasikan sejarah Lebak, bukan sekadar proyek pembangunan.

Baca Juga: Suara Tegas Menolak Tax Amnesty: Seruan Reformasi Pajak Bergema di Jakarta

“Ketika museum didirikan, saya bersama Ibu Iti Octavia Jayabaya dan kawan-kawan sadar butuh magnet agar masyarakat ikut berpartisipasi. Dari situlah lahir Festival Seni Multatuli. Bukan untuk mengultuskan Multatuli, melainkan mengangkat semangatnya—semangat pembebasan, anti-penindasan, dan perjuangan rakyat kecil,” ujar Bonnie.

FSM sejak awal mengedepankan kolaborasi. Dari opera Sa’ijah dan Adinda garapan Ananda Sukarlan pada 2018, hingga tahun ini menghadirkan Once Mekel berkolaborasi dengan paduan suara pelajar Rangkasbitung.

Bonnie menegaskan bahwa inti dari FSM adalah kolaborasi. Festival ini mempertemukan seniman lokal dan nasional untuk melahirkan karya baru yang bisa diapresiasi publik lebih luas.

“Festival Seni Multatuli adalah ajang pertemuan seniman. Kolaborasi yang terjadi di sini bukan hanya memperkuat kebudayaan lokal, tapi juga memberi ruang agar karya dari Lebak bisa menembus panggung nasional, bahkan dunia,” tambahnya.

Baca Juga: Audit Forensik Diddesak, AMCB Soroti Dugaan Korupsi Dana Pendidikan di Lebak

FSM 2025 juga berkolaborasi dengan program Semarak Budaya Kementerian Kebudayaan RI, menandakan bahwa kerja kebudayaan di Lebak semakin mendapat perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah.

Bupati Lebak, Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Bonnie Triyana. Ia menyebut FSM 2025 tidak mungkin terwujud tanpa gagasan dan dorongan dari Bonnie.

“Acara ini tidak akan bisa terwujud tanpa aspirasinya Pak Bonnie. Dengan semangat Trisakti Bung Karno—berdaulat di politik, berdikari di ekonomi, dan berkepribadian di kebudayaan—FSM menjadi bukti bahwa Lebak serius membangun identitas kebudayaan,” kata Hasbi.

Seniman teater nasional Butet Kartaredjasa juga menilai Rangkasbitung layak disebut Kota Kebudayaan. Keberadaan Museum Multatuli dan FSM menurutnya adalah bukti empati masyarakat Lebak terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Lapas Kelas I Tangerang Latih 100 WBP Lewat Program FABA Eco Green Bersama WIKA dan PLN

“Multatuli sudah menjadi inspirasi bagi saudara-saudaraku di Rangkasbitung. Warga Lebak adalah manusia kebudayaan, dan kota ini layak disebut Kota Kebudayaan,” ungkap Butet sebelum membacakan puisi karya W.S. Rendra.

FSM 2025 menghadirkan beragam agenda selama tiga hari, mulai dari:

  • Prosesi Ngarengkong bersama 300 warga Kasepuhan Banten Kidul,
  • Simposium Sastra Hindia Belanda dan Kita,
  • Tur sejarah Telusur Jejak Multatuli, hingga
  • Pemutaran film dokumenter Setelah Multatuli Pergi karya Arjan Onderdenwinjgaard di kawasan Patung Multatuli.

Bagi Bonnie, FSM bukan sekadar festival seni, melainkan refleksi sejarah serta ruang dialog lintas generasi.

“Ini adalah komitmen saya sebagai wakil rakyat sekaligus putra daerah. Kebudayaan adalah jantung kehidupan masyarakat. Semoga kolaborasi yang dimulai hari ini bisa berlanjut dan melahirkan karya yang meneguhkan Lebak sebagai kota sejarah dan kebudayaan,” pungkasnya.

Acara pembukaan FSM 2025 turut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya: Bupati Lebak Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, Ketua DPRD Kabupaten Lebak Dr. Juwita, Ketua DPRD Pandeglang H. Agus Umam, Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan Prof. Dr. Agus Mulyana, Ketua DPP PDI Perjuangan Dr. Ribka Tjiptaning, serta seniman nasional Butet Kartaredjasa.

Kehadiran mereka menegaskan bahwa FSM adalah ruang kolaborasi lintas politik, budaya, dan masyarakat. (*)