Lebak, BaralakNusantara.com — Program Lebak Hegar (Hijau, Elok, Giat, Aman, dan Ramah) kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan tokoh pemerhati lingkungan di Kabupaten Lebak. Salah satunya adalah pertemuan santai namun penuh makna antara Abah Elang Mangkubumi, pengasuh Majlis Dzikir Padepokan Bumi Alit Pajajaran, dan Yudistira, aktivis Baralak Nusantara, di sekitar Balong Rancalentah, Rangkasbitung.
Obrolan dua tokoh ini bermula dari polemik soal masuknya mobil pengangkut sampah dari Kabupaten Serang ke wilayah Lebak, yang sempat menimbulkan keresahan publik. Namun Abah Elang melihatnya dari sudut pandang berbeda.
BACA: Korupsi PDAM Lebak Jadi Sorotan, Baralak Tekankan Transparansi Penegakan Hukum
“Sampah itu bukan sebuah persoalan, tapi justru bisa menjadi solusi,” ujar Abah Elang dengan tenang. “Kalau dikelola dengan baik, sampah bisa membawa maslahat dan bahkan bernilai ekonomis tinggi.”
Menurut Abah Elang, paradigma masyarakat harus diubah. Selama ini sampah selalu dianggap kotor, menjijikkan, dan sumber masalah. Padahal, di banyak daerah maju, pengelolaan sampah justru menjadi sumber pendapatan dan lapangan kerja baru.
BACA: Kepemimpinan yang Menyalakan Harapan: Tujuh Bulan Hasbi Jayabaya Membangun Lebak dengan Nurani
“Bersih itu investasi,” tegas Abah. “Selain investasi secara ekonomi, kebersihan juga membawa dampak sosial yang besar , lingkungan sehat, masyarakat nyaman, dan hati pun tenang.”
Sampah Bisa Jadi Berkah: Dari Limbah Jadi Nilai Ekonomis
Dalam kesempatan itu, Abah Elang menekankan pentingnya penerapan circular economy atau ekonomi sirkular, di mana sampah tidak dibuang begitu saja, melainkan didaur ulang menjadi bahan bernilai guna.
Misalnya:
Sampah organik bisa dijadikan kompos untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan lokal.
Sampah plastik dapat diolah menjadi paving block, bahan bangunan, atau kerajinan bernilai jual.
Sampah non-organik lainnya bisa dikelola melalui bank sampah desa, menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru.
BACA: Suara Tegas Menolak Tax Amnesty: Seruan Reformasi Pajak Bergema di Jakarta
Program Lebak Hegar ini, kata Abah Elang, bisa menjadi pintu masuk bagi kesadaran kolektif masyarakat Lebak untuk mulai menata perilaku hidup bersih dan ramah lingkungan.
Baralak: “Program Bersih Adalah Investasi Masa Depan”
Sementara itu, Yudistira, aktivis Baralak Nusantara yang hadir dalam perbincangan tersebut, menyambut positif gagasan Abah Elang.
“Program Lebak Hegar ini, insya Allah, akan memberikan solusi nyata,” ujarnya.
“Masalah sampah tidak cukup diselesaikan dengan marah atau menyalahkan, tapi dengan gerakan kolektif untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan benar.” sambungnya
BACA: Tender Proyek Jadi Ajang Komoditas di Lingkungan Dindik Banten, Aktivis Baralak: Simbol Pengkhianatan bagi Rakyat
Menurut Yudistira, ide bahwa “bersih adalah investasi” harus menjadi dasar gerakan sosial di tingkat akar rumput. Pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat harus berkolaborasi agar sampah tidak lagi menjadi masalah, melainkan sumber berkah.
“Kita dorong agar pemerintah daerah memberi ruang bagi inovasi warga, seperti bank sampah desa, pelatihan daur ulang, hingga insentif bagi pengelola lingkungan,” tambahnya.
Menuju Lebak yang Benar-Benar Hegar
Program Lebak Hegar dinilai bukan hanya simbol kebersihan, tapi juga semangat untuk menjadikan Lebak lebih hijau, elok, giat, aman, dan ramah — baik terhadap lingkungan maupun sesama.
Dengan kolaborasi antara tokoh masyarakat seperti Abah Elang, aktivis muda seperti Yudistira, serta dukungan pemerintah daerah, cita-cita menjadikan Lebak sebagai kabupaten yang bersih dan berdaya saing bukan hal mustahil.
>“Kebersihan adalah bagian dari iman, dan pengelolaan sampah adalah bagian dari peradaban,” tutup Abah Elang dengan senyum bijaknya.
Penulis: Redaksi Baralak Nusantara
Editor: Yudistira