LEBAK – baralaknusantara.com – Suasana sore menjelang malam sekitar pukul 20.00 wib di kawasan perkantoran Pemkab Lebak pada se;lasa (21/10/2025) itu tampak lengang. Matahri sudah mulai kembali bersemayam dialik deretan pepohonan serta gedung di area kota Rangkasbitung , menyisakan cahaya temaram yang berangsur berubah menjadi kegelapan, hanya sedikit cahaya temaram yang menembus kaca-kaca gedung kantor Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Lebak.
Namun, di balik suasana tenang itu, dua pemudi penyandang disabilitas, RU (20) dan SF (20), justru mengaku menyaksikan sesuatu yang tak semestinya terjadi di ruang publik pemerintahan.
“Saya tidak sengaja lihat dari jendela, ada tiga orang di dalam,dua laki-laki dan satu perempuan. Mereka seperti sedang melakukan perbuatan mesum,” kata RU melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh pendampingnya, saat ditemui tim Baralaknusantara.com di rumahnya, Minggu (26/10/2025).
RU mengisahkan, sore itu dirinya baru saja selesai berolahraga bersama SF di sekitar Alun-alun Rangkasbitung. Keduanya berjalan melintasi sisi timur gedung Bapelitbangda, jalur yang jarang dilalui warga.
“Tempatnya agak gelap, tapi tiba-tiba ada cahaya dari dalam. Tiba-tiba gordennya dibuka,” ujar RU.
Dari sela gordeng kantor yang terbuka, RU mengaku melihat tiga sosok di dalam ruangan. “Saya kaget, langsung berhenti. Tapi salah satu dari mereka, laki-laki, tiba-tiba melihat ke arah saya, lalu membuka jendela gordeng sedikit dan membentak. Katanya: pergi sana!” tutur RU.
Mendengar bentakan itu, RU dan SF langsung menjauh. “Kami takut, terus langsung pulang.” kata RU
Kesaksian RU diperkuat oleh SF yang berada di sampingnya saat kejadian. “Iya, saya juga lihat. Perempuan itu seperti masih muda, mungkin siswi magang. Ada dua laki-laki di situ,” ujar SF dengan nada pelan.
Beberapa hari setelah kejadian, tim Baralaknusantara.com mencoba menelusuri dugaan itu dengan memperlihatkan sejumlah foto pegawai Bapelitbangda kepada RU. Dari belasan wajah yang ditunjukkan, RU spontan menunjuk satu sosok laki-laki. “Itu orang yang buka gordeng dan suruh kami pergi,” katanya.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak Bapelitbangda Lebak. Kepala Bapelitbangda belum merespons pesan dan panggilan telepon yang dikirimkan oleh Baralaknusantara.com.
Tim investigasi Baralaknusantara.com juga masih menelusuri kemungkinan keberadaan siswi magang di kantor tersebut pada hari kejadian, serta memeriksa rekaman CCTV di sekitar area kantor untuk mengonfirmasi kebenaran kesaksian dua pemuda disabilitas ini.
Sementara itu, ibu RU menyebutkan, area Bapelitbangda memang memiliki sejumlah ruangan kerja yang berada di sisi timur dan jarang digunakan di luar jam dinas. “Biasanya gelap dan tidak ada kegiatan sore-sore. Kalau benar ada aktivitas di dalam ruangan itu malam hari, harus ditelusuri,” ujarnya.
Kisah dua saksi ini membuka tabir baru di lingkungan birokrasi Lebak. Jika benar dugaan itu terjadi, maka kasus ini bukan sekadar pelanggaran moral — melainkan juga pelanggaran etika aparatur sipil negara di ruang publik pemerintahan.
Tim investigasi Baralaknusantara.com masih terus menggali keterangan tambahan, termasuk dari pihak keamanan kantor dan staf lainnya, guna memastikan siapa saja yang berada di lokasi pada waktu kejadian. Publik kini menunggu, sejauh mana keberanian pemerintah daerah mengusut dugaan tak senonoh yang mencoreng wajah institusi perencana pembangunan daerah itu. (red)



 
									

















